Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 13 Desember 2013

Metode dalam Sosiologi


Kata Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara atau jalan. Dalam perkembangannya, metode berarti cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu.

Ciri pokok suatu metode sekurang-kurangnya adalah:
1. Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti
2. Ada hipotesis, yaitu kesimpulan yang bersifat sementara yang harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya
3. Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dan hipotesis yang ada.

Menurut Paul B.Horton, dalam sosiologi untuk mempelajari gejala-gejala alamiah khususnya kemasyarakatan menggunakan teknik riset. Teknik riset tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu:
1. Study Crossectional dan Longitudinal
    Study Crossectional adalah suatu pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu tertentu. adapun studi longitudinal adalah suatu studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan sebelum dan sesudahnya.

2. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan
  Dalam penelitian eksperimen laboratorium, subjek orang yang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau "laboratorium" kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan sang peneliti kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan-kesimpulan. Sedangkan, penelitian eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium di mana penelitian memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati hasilnya.

3. Penelitian pengamatan
 Penelitian pengamatan hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian pengamatan peneliti tidak memengaruhi terjadinya suatu kejadian.

Menurut Soerjono Soekanto, dalam sosiologi digunakan dua jenis metode penelitian, yaitu:
1. Metode Kualitatif
    Metode kualitatif yaitu metode yang menggunakan cara kerja dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penelitian dan pemaknaan terhadap data yang diperoleh. metode ini digunakan apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak. 

Contoh dari metode kualitatif, yaitu metode historis, metode komparatif, dan metode studi kasus.
    a. Metode historis adalah metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
    b. Metode komparatif adalah metode pengamatan dengan membandingkan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidang untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat Indonesia pada masa lalu dan masa akan datang.
    c. Metode studi kasus adalah suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok,masyarakat setempat, lembaga-lembaga maupun individu. Alat yang digunakan dalam studi kasus adalah wawancara, questioners (daftar pertanyaan), dan participant observation technique (pengamat terlibat dalam obsevasi).

2. Metode Kuantitatif
    Metode kuantitatif yaitu metode yang digunakan peneliti dengan mengutamakan bahan-bahan penelitian keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks, tabel, dan formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik.




Objek Sosiologi


Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek. Objek dalam kajian sosiologi antara lain:

1. Objek Material
     Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

2. Objek Formal
     Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.


Selasa, 10 Desember 2013

Ciri-ciri dan Hakikat Sosiologi


Sosiologi memiliki beberapa ciri-ciri. Adapun ciri-ciri sosiologi menurut Harry M.Johnson seperti yang dikutip oleh Soerjono Soekanto adalah:
  1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori
  3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama
  4. Non-etis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Selain ciri-ciri yang melekat, juga terdapat hakikat sosiologi seperti berikut ini:
  1. Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan
  2. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  3. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan (applied science).
  4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk pola dan peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  5. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia
  6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan
  7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.


Sosiologi adalah....


Istilah Sosiologi menurut Auguste Comte berasal dari bahasa Yunani (latin). Sosiologi berasal dari kata socius yang artinya teman atau sesama dan logos berarti cerita. Jadi menurut arti katanya sosiologi berarti cerita tentang teman atau kawan (masyarakat). Sebagai ilmu, sosiologi merupakan sebuah pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain. 

Berikut ini beberapa definisi sosiologi yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dalam kelompok-kelompok.

b. Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: 1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala moral). 2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (gejala geografis, biologis).

c. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

d. J. A. A. Von Dorn dan C. J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

e. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

f. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

g. Hassan Shadily
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuknya hidup bersama serta perubahannya, perserikatan hidup, kepercayaan, dan keyakinan.

h. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

i. Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

Dari beberapa uraian para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tata hubungan dalam masyarakat, serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional empiris, bersifat umum dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.
 


Perkembangan Sosiologi


1. Perkembangan Ilmu Sosiologi
Sosiologi lahir sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, baru muncul pada abad ke-19, yang dipopulerkan oleh seorang filosof Prancis yang bernama Auguste Comte (1798–1857). Di dalam bukunya Course De Philosophie Positive, ia menjelaskan bahwa untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu, yang kemudian akan sampai pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah. Dengan demikian, Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil. Atas jasanya memperkenalkan istilah sosiologi maka Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Ia mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga sosiologi terlepas dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19.
Gagasan Comte mendapat sambutan luas, terbukti dengan munculnya sejumlah ilmuwan di bidang sosiologi. Mereka antara lain, Pitirim A. Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber. Mereka semua berjasa dalam menyumbangkan beragam pendekatan untuk mempelajari masyarakat yang sangat berguna bagi perkembangan sosiologi. Pendekatan yang mereka kemukakan antara lain sebagai berikut:

a. Herbert Spencer
Memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

b. Karl Marx
Memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antarkelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

c. Emile Durkheim
Memperkenalkan fakta sosial, yang berupa penelusuran fungsi berbagai elemen sosial sebagai peningkatan sekaligus memelihara keteraturan sosial.

d. Max Weber
Memperkenalkan pendekatan tindakan sosial, yang berupa menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku masyarakat. Secara umum, pendekatan yang dikemukakan para ilmuwan sosiologi pada abad ke-19 cenderung makro (luas). Bagi mereka, perubahan masyarakat dapat diramalkan dari ciri khas masyarakat itu sendiri. Karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro (luas) mendapat kritikan dari para ilmuwan sosiologi abad ke-20.
Pada abad ke-20 terjadi migrasi besar-besaran ke Amerika Utara tepatnya Amerika Serikat dan Kanada. Hal itu menyebabkan pertumbuhan penduduk sangat cepat, munculnya kota-kota industry lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas, sampai tuntutan emansipasi wanita. Akibat dari itu semua, perubahan masyarakat yang mencolok pun tak terhindarkan.
Perubahan masyarakat itulah yang mendorong para ilmuwan mencari pendekatan sosiologi baru, karena pendekatan makro sudah tidak sesuai dengan keadaan masyarakat modern. Untuk itu maka lahirlah sosiologi modern. Pendekatan sosiologi modern cenderung mikro atau sering disebut dengan pendekatan empiris. Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Mulai saat itu disadari betapa pentingnya penelitian dalam sosiologi.