Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 06 Januari 2014

Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan ciri khas kehidupan bermasyarakat/ sosial. Artinya kehidupan bermasyarakat/ sosial akan kelihatan nyata dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Contohnya adalah keramaian di pasar, buruh pabrik berdemontrasi, dan pelajar belajar di kelas. Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya berupa tindakan yang berupa kerja sama tetapi juga dapat berupa persaingan dan pertikaian. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.

Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syaratsyarat sebagai berikut, yaitu:

1. Adanya kontak sosial (social contact)
Kontak berasal dari kata Con atau Cun yang berarti bersama-sama, dan Tango yang artinya menyentuh. Jadi, secara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Dalam sosiologi kontak tidak hanya bersentuhan fisik saja, kadang-kadang bisa terjadi tanpa fisik, misalnya berbicara melalui telepon, menulis surat, dan internet. Kontak hanya dapat berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau kondisi masing-masing. Untuk itu kontak memerlukan kerja sama dengan orang lain. Di era globalisasi kontak dapat berlangsung dengan mudah dan cepat, karena adanya kemajuan teknologi yang makin canggih. Misalnya dengan adanya internet, HP, telepon, telegram, dan email. 

Kontak sosial dibedakan berdasarkan;

1) Berdasarkan bentuk (wujud)
     Berdasarkan bentuknya kontak dapat dibedakan menjadi berikut ini, yaitu
     a) Kontak antara individu dengan individu. Contoh: Kontak antara guru dengan guru, orang tua dengan anaknya, siswa dengan siswa lain, penjual dengan pembeli.
     b) Kontak antara individu dengan kelompok. Contoh: Guru dengan murid-muridnya di kelas,  penceramah dengan peserta seminar.
     c) Kontak antara kelompok dengan kelompok. Contoh: Pertandingan sepak bola antara dua tim kesebelasan, pertandingan bola voli antara dua tim bola voli.

2) Berdasarkan cara

     Berdasarkan caranya kontak dibedakan menjadi dua, yaitu berikut ini.
     a) Kontak langsung (primer)
   Kontak langsung yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung, contoh:  berbicara, berjabat tangan, tersenyum, dan bahasa isyarat.
     b) Kontak tidak langsung (sekunder)
    Kontak tidak langsung (sekunder) yaitu hubungan timbal balik yang yang memerlukan perantara (media).Perantara/media yang digunakan dalam kontak sekunder bisa berupa benda misalnya, telepon, TV, radio, HP, surat, dan telegram atau bisa juga menggunakan manusia, misalnya seorang pemuda meminang seorang gadis melalui orang lain.

3) Berdasarkan sifatnya
    Berdasarkan sifatnya kontak sosial ada dua macam, yaitu berikut ini.
  a) Kontak positif yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu kerja sama, misalnya kontak antara pedagang dengan pembeli.
   b) Kontak negatif yaitu kontak sosial yang mengarah kepada suatu pertentangan, misalnya kontak senjata antara dua negara yang sedang berperang.

2. Adanya komunikasi sosial

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide atau gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.

1) Komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu berikut ini.
     a) Komunikasi lisan (verbal), yaitu komunikasi dengan menggunakan kata-kata (verbal)  yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Contoh: berbicara langsung dan melalui telepon
     b) Komunikasi nonverbal (isyarat), yaitu komunikasi dengan menggunakan gerak-gerik badan, bahasa isyarat, atau menunjukkan sikap tertentu. Contoh: menggelengkan kepala, mengangkat bahu, dan  melambaikan tangan.

2) Syarat-syarat komunikasi
     Komunikasi dapat berlangsung apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
     a)   Ada pengirim (sender) yaitu pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. 
     b)   Penerima atau komunikasi (receiver) yaitu pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
     c) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh setiap pihak kepada pihak lain.
     d) Umpan balik (feed back) adalah tanggapan dari penerima pesan atau isi pesan yang  disampaikannya. 

Suatu kontak bisa terjadi tanpa komunikasi, jika terjadi kontak tanpa komunikasi maka tidak akan terjadi interaksi sosial. Misalnya, orang Jawa bertemu dengan orang Batak, orang Jawa menyapa dengan bahasa Jawa, padahal orang Batak tidak mengerti bahasa Jawa, maka komunikasi tidak akan terjadi. Komunikasi dapat berdampak positif jika masing-masing dapat menafsirkan apa yang dimaksud. Komunikasi juga bisa berdampak tidak baik apabila salah satu pihak tidak dapat menafsirkan maksud pihak lain.

Ciri-ciri Interaksi Sosial
Dari uraian tersebut di atas, dapat disampaikan bahwa interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 
a. Pelakunya lebih dari satu orang.
b. Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut  dengan yang diperkirakan pelaku.
d. Ada dimensi waktu (masa lampau, maka kini, dan masa datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial sebagai bentuk hubungan manusia yang menimbulkan aksi dan reaksi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar individu. Menurut Soerjono Soekanto, faktor yang memengaruhi interaksi sosial ada enam macam, sebagai berikut.

a. Imitasi
Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum. Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum. Contoh: banyak anak SMA mengikuti mode rambut artis dicat dan panjang bagi laki-laki.

b. Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/ pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Cepat atau lambat proses sugesti tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik seseorang. Sugesti dapat berupa berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak, atau media elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal. Contoh: iklan sampo yang diperagakan oleh seorang yang seolah-olah rambutnya rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat/tidak rontok dan tebal.

c. Identifikasi
Identifikasi adalah kencenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan individu lain yang ditiru. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi disebut idola (dari kata idol yang berarti sosok yang dipuja). Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses sugesti dan proses imitasi yang telah kuat. Contoh: seorang siswa yang mengagumi gurunya, sering mengidentifikasi dirinya seperti guru yang dikaguminya.

d. Simpati

Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah   berada dalam keadaan orang lain. Perasaan simpati dapat disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang, atau lembaga formal pada waktu khusus misalnya peringatan ulang tahun kemerdekaan RI, kenaikan kelas, atau kenaikan jabatan. Agar simpati dapat berlangsung, diperlukan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pemikiran atau isi hatinya, sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati merupakan dasar-dasar persahabatan. Contoh: perasaan simpati seorang perjaka terhadap gadis yang akhirnya menimbulkan perasaan cinta kasih di antara keduanya.

e. Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, individu kepada individu. Motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Contoh: penghargaan kepada siswa yang berprestasi merupakan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat.

f. Empati
Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka. Contoh: kalau kita melihat orang lain mendapat musibah, kita seolah-olah ikut menderita.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial secara garis besar dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu interaksi sosial yang bersifat assosiatif dan interaksi sosial yang bersifat dissosiatif. Untuk lebih jelasnya akan kita uraikan satu persatu.

a. Interaksi sosial yang bersifat assosiatif

Interaksi sosial yang bersifat asosiatif dapat berbentuk kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

1) Kerja sama (cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia mulai berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan kerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dari dalam kehidupan keluarga lalu meningkat kelompok sosial yang lebih luas. 
Kerja sama akan berkembang apabila menghadapi situasi tertentu antara lain:
a) tantangan alam yang ganas;
b) pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal;
c) upacara keagamaan yang sakral;
d) musuh yang datang dari luar.

Kerja sama bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa juga destruktif (merusak). Contoh kerja sama konstruktif yaitu guru dan siswa memulihkan nama baik sekolah akibat dinodai sejumlah siswa yang melakukan tindakan kriminalitas. Adapun contoh kerja sama yang bersifat destruktif adalah tawuran antarpelajar. Selain itu kerja sama juga bisa bersifat agresif apabila suatu kelompok mengalami kekecewaan yang berkepanjangan akibat rintangan-rintangan dari luar kelompok.

Bentuk-bentuk kerja sama meliputi antara lain:
a) bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih;
b) cooperation yaitu penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dari suatu organisasi untuk menghindari terjadinya kecurangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan;
c) coalition yaitu gabungan antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama;
d) joint venture yaitu kerja sama dalam usaha proyek-proyek tertentu. Di pedesaan kerja sama merupakan tradisi turun-temurun, yang disebut dengan istilah gotong royong. Misalnya untuk masyarakat Jawa gotong royong disebut gugur gunung, di Sunda disebut sambat-sinambat, di Batak disebut raron, di Manado disebut mapulus, dan di Bali disebut arud kelod ketog semprong. 

2) Akomodasi

Akomodasi adalah keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat. Akomodasi sering terjadi dalam situasi konflik sosial (pertentangan). Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga pihak lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Akomodasi dilakukan bertujuan untuk:
a) mengurangi pertentangan akibat perbedaan paham,
b) mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu,
c) mewujudkan kerja sama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah akibat psikologis serta kultural dan mengusahakan peleburan kelompok-kelompok sosial yang terpisah.

Bentuk-bentuk akomodasi antara lain berikut ini.
a) Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya pelaksanaan dari pihak lain yang lebih kuat. Contoh: sistem pemerintahan komunis.
b) Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang mengalami perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian. Contoh: gencatan senjata dua pihak yang berperang.
c) Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi yang melibatkan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu konflik. Dalam hal itu pihak ketiga bersifat netral. Contoh: penyelesaian antara dua negara yang sedang perang oleh PBB sebagai pihak ketiga.
d) Toleransi yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing. 
e) Mediasi yaitu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga tidak mempunyai wewenang memutuskan masalah, hanya sebatas sebagai penasihat. 
f) Konversi (conversion) yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
g) Konsiliasi yaitu penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang bertikai di meja perundingan.
h) Ajudikasi yaitu penyelesaian konflik di meja pengadilan.
i) Stalemate yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang berselisih mempunyai kekuatan seimbang. Keduanya sadar bahwa tidak mungkin maju ataummundur, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti pada suatu titik.
j) Segregasi yaitu upaya untuk saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai untuk mengurangi ketegangan.
k) Ceasefire yaitu menunda perselisihan dalam jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya penyelesaian konflik.
l) Dispasement yaitu mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-masing.

3) Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, lambat laun tidak ada perbedaan antara individu dengan kelompok untuk mengurangi perbedaan tersebut. Usaha-usaha asimilasi meliputi mempererat kesatuan tindakan, sikap, perasaan dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Hasil dari proses asimilasi antara lain:
a) kelompok-kelompok manusia dengan berbeda kebudayaan;
b) individu-individu sebagai warga kelompok yang saling mengenal;
c) kebudayaan baru dari kelompok yang saling menyesuaikan diri.

Asimilasi akan terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a) terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda;

b) terjadi pergaulan antara individu atau kelompok secara intensif dalam ukuran waktu yang lama;
c) kebudayaan masing-masing kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang mendorong dan mempermudah proses asimilasi adalah sebagai berikut:
a) toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan;
b) kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi;
c) sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya;
d) sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
e) perkawinan campuran dari kelompok yang berbeda kebudayaan (amalgamasi);
f) persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi, antara lain:
a) kelompok terisolasi atau terasing;
b) kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi;
c) prasangka negatif terhadap pengaruh budaya baru;
d) perasaan primordial bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari pada kebudayaan lain;
e) perbedaan yang sangat mencolok seperti ciri-ciri ras, teknologi, dan ekonomi;
f) golongan minoritas mengalami gangguan oleh penguasaan;
g) perasaan grup yang kuat.

4) Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli. Akulturasi merupakan perpaduan dua unsur kebudayaan dalam kurun waktu yang lama. Dalam akulturasi unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tersebut. Contohnya adalah perpaduan musik Melayu dengan musik Spanyol menjadi/lahir musik keroncong.

Unsur-unsur yang mudah diterima dalam alkulturasi, antara lain:
a) kebudayaan material;
b) teknologi baru yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebudayaan pertanian (alat-alat, pupuk, dan benih);
c) kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat (kesenian, olahraga);
d) kebudayaan yang pengaruhnya kecil, misalnya model pakaian.

Unsur-unsur kebudayaan yang sukar di terima antara lain:
a) kebudayaan yang mendasari pola pikir masyarakat, misalnya unsur keagamaan;
b) kebudayaan yang mendasari proses sosialisasi yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, misalnya makanan pokok, sopan-santun, dan mata pencaharian. 

Individu/orang yang mudah menerima budaya asing, yaitu:
a) golongan muda yang belum memiliki identitas dan kepribadian yang mantap;
b) golongan masyarakat yang hidupnya belum memiliki status yang penting;
c) kelompok masyarakat yang hidupnya tertekan, misalnya pengangguran dan penduduk terpencil.

b. Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif
Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif mengarah kepada bentuk pertentangan atau konflik yang berwujud persaingan, kontravensi, pertikaian, dan permusuhan. Interaksi sosial bersifat dissosiatif disebut pula proses oposisi. Konflik atau pertentangan adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. 

1) Persaingan (competition)

Persaingan adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, beberapa orang memperebutkan kedudukan/ jabatan gubernur kepala daerah. Adapun nantinya yang menduduki jabatan gubernur hanya satu orang. Persaingan yang dilakukan sesuai dengan norma dan tingkah laku sosial yang berlaku di masyarakat, kecil kemungkinan menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan seperti ini disebut persaingan secara sehat atau sportif. Adapun persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Hal ini bukan lagi termasuk persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan. Misalnya persaingan di bidang ekonomi dan politik.

a) Hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya persaingan, antara lain:
– perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang paling prinsip;
– perselisihan paham yang mengusik harga diri seseorang;
– persamaan kepentingan dalam hal yang sama;
– perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat;
– perbedaan kepentingan politik.

b) Persaingan dapat berakibat, sebagai berikut:

– tumbuhnya solidaritas antaranggota kelompok atau kelompok;
– timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negatif;
– kehilangan harta benda atau jiwa manusia jika terjadi benturan fisik;
– terjadi negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai di dalam keadaan status quo.

c) Fungsi persaingan

– dapat menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut untuk dapat dipenuhi tuntutannya, padahal tidak semua keinginan dapat dipenuhi secara serentak;
– dapat menyalurkan kepentingan dan nilai-nilai dalam masyarakat, terutama nilai dan kepentingan yang dapat menimbulkan persaingan;
– dapat menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan sesuai dengan  kemampuannya.

2) Kontravensi

Kontravensi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan sikap ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian kalangan tertentu dengan kalangan lain di masyarakat.  

Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontravensi dibedakan menjadi lima bentuk sebagai berikut.
a) Kontravensi umum. Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, kekerasan, dan mengancam.
b) Kontravesi sederhana. Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki-maki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.
c) Kontravensi ultensif. Misalnya penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
d) Kontravensi rahasia berupa pengkhianatan, membuka rahasia pihak lain.
e) Kontravensi taktis berupa intimidasi, mengganggu pihak lain, dan provokasi.

3) Pertikaian
Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Pertikaian merupakan proses sosial sebagai kelanjutan dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena makin tajamnya perbedaan antara kalangan yang berselisih paham. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.

4) Permusuhan (konflik)
Permusuhan (konflik) adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Permusuhan atau konflik diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Permusuhan atau konflik merupakan situasi yang wajar dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, bahkan antarnegara. Permusuhan atau konflik merupakan sikap yang tidak terpuji, karena bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. 

Permusuhan berbeda dengan persaingan. Perbedaannya dapat dilihat dari:
- Persaingan
1. aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti
2. tidak berniat menjatuhkan orang lain
3. dapat digunakan sebagai motivasi  untuk meraih prestasi dengan hasil yang optimal
4. dilaksanakan dengan langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan

- Permusuhan
1. aktivitas yang dilakukan mengakibatkan reaksi keras (benturan fisik)
2. ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain
3. muncul karena kesalahpahaman kedua belah pihak
4. dilaksanakan dengan penuh prasangka sehingga merugikan orang lain

a) Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik, sebagai berikut.:
– adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan;
– berprasangka buruk kepada pihak lain;
– individu yang kurang bisa mengendalikan emosi;
– adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, misalnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial;
– persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.

b) Macam-macam konflik (permusuhan) 
– Konflik individu. Konflik yang terjadi antara individu satu dengan individu yang lain, yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan.
– Konflik antara kelas sosial. Konflik yang terjadi antara kelas sosial yang satu dengan yang kelas sosial yang lain. Misalnya konflik antara pengusaha dengan buruh. Buruh menuntut kenaikan upah dengan jam kerja sedikit, sedangkan pengusaha sebaliknya.
– Konflik rasial. Konflik yang terjadi antara ras yang satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri fisik.
– Konflik politik. Konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama dalam bidang politik atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan.
– Konflik internasional. Konflik yang terjadi antarbangsa-bangsa di dunia yang disebabkan antara perbedaan kepentingan. Misalnya konflik antara Israel dengan Libanon.

Konflik merupakan proses dissosiatif yang tajam. Namun, konflik bisa membawa dampak positif bagi masyarakat. Misalnya konflik antarmasyarakat yang menginginkan perubahan dalam hidup bermasyarakat/bernegara.

0 komentar:

Posting Komentar